top of page
Search

Lelaki Tua di Bangku Panjang Bambu

  • Writer: Muhamad Iqbal
    Muhamad Iqbal
  • Dec 4, 2021
  • 3 min read

Seperti biasanya lelaki tua itu duduk di bangku panjang dari bambu di teras rumahnya. Ada dua bangku disana, disebelah kiri dan kanan, dan biasanya lelaku tua itu duduk di bangku sebelah kanan ~jika kau melihatnya dari depan rumah~. Rumah putih kusam itu memiliki dua jendela di kanan dan kiri serta memiliki latar yang luas, cukup untuk menjemur padi dikala panen. Ya lelaki tua itu petani, menggarap sawah yang tak seberapa. 


Dulunya Ia adalah kusir delman, dari zaman Belanda, Jepang, Belanda lagi, Merdeka, PKI, hingga reformasi. Bergenerasi-generasi sudah terlampaui, dari yang pakai kebaya sampai tanktop, dari penggunaan ejaan lama sampai ejaan jaksel, pait manis kehidupan mengusiri delman ia rasakan. Lalu berhentilah lelaki tua itu dari kusir delman, anaknya satu persatu berhasil menjadi pegawai. Dibelikanlah sawah dan pekarangan untuk digarap. Sejak saat itu sisa umurnya dihabiskan untuk menjadi petani.


Saat tulisan ini ditulis lelaki tua itu sudah berumur 89 tahun. Ia tak lagi menggarap sawah meskipun masih tetap ngeyel saban harinya dengan berusaha membawa cangkul kesawah. Mungkin lelaki tua itu sudah lupa umur barangkali. Tapi memang betul, lelaki itu sudah pikun, untuk mengingat jika hari itu ia perlu ke masjid untuk sholat jumat saja lupa apalagi kalau bukan pikun namanya. 


Tapi semua memaklumi. Ia begitu dihormati di desa itu. Kenapa ?  entah aku tak tau tapi menurut analisis ku lelaki tua itu berhasil menyekolahkan 4 anak laki lakinya hingga menjadi pegawai negeri, semuanya !!!! bahkan ada yang sampai lulus S2. Untuk seukuran kusir delman di zaman dahulu itu merupakan sebuah pemikiran yang progresif bukan ?



Lelaki tua itu tidak hidup sendirian, ada perempuan tua juga yang menemani hidupnya, yang selalu teriak-teriak setiap pagi dan berlarian untuk menggeret kembali lelaki tua itu ke rumah sebelum ia harus menerima kabar dari tetangga jika lelaki tua itu pingsan dijalan ketika menuju kesawah dengan cangkulnya. Sungguh perempuan tua yang romantis. Rutinitas lainnya adalah memberhentikan tukang sayur yang melewati rumahnya, tak tanggung-tanggung 5 tukang sayur semua diberhentikan. 


Dari tukang sayur keberangkatan jam 6, jam 8 sampai tukang sayur yang akan pulang semua tak luput untuk di stop. Kerupuk, sayur lodeh, sate tusuk, gethuk adalah makanan pasti yang masuk daftar beli. Jam 12 siang semua makanan menumpuk di meja makan. 


Barangkali kalian bertanya-tanya apakah makanan sebanyak itu akan habis ? jawabannya tentu tidak, lelaki tua itu tidak makan banyak hanya saja minum tehnya yang banyak, dan perempuan tua itu juga tidak makan banyak, tapi omongnya yang banyak. Lelaki tua itu tidak pernah marah melihat makanan yang selalu berakihr di tong sampah keesokan harinya sebelum perempuan tua itu membeli lagi dari tukang sayur yang sama orangnya dan banyaknya. Jangankan marah, untuk bertanya dan menegurnya saja ia sungkan. Cinta mati lelaki tua itu pada perempuan tua yang menjadi istrinya.


Mungkin pernah sekali ia menanyakannya, dan itu pun dulu kalau tidak salah. Ia menanyakan kenapa ia tidak pernah diberi uang sekedar untuk kepasar mencari tembakau dan klembak menyan untuk dilinting. Perempuan tua itu selalu menjawab jika tak ada lagi uang yang tersisa, uang hanya cukup untuk makan sehari-hari. Panen belum tiba, gabah belum ada yang bisa dijual.


" Kenapa kau selalu membeli sayur dan kerupuk dalam jumlah yang banyak ? sedangkan untuk memberiku 10 ribu saja kau selalu mengatakan tidak ada ?" sebuah langkah bodoh yang dilakukan oleh lelaki tua. Kenapa ia berani-beraninya bertanya pertanyaan semacam itu.


"Memang tidak ada !!! sudah ku katakana berualang kali jika tidak ada uangnya !!!!! kita belum panen belum ada uang !!!! dari dulu aku yang selalu kesusahan mencari uang !!! Seolah-olah aku hanya bisamengamburkan uang !!!! " Lihat, perempuan selalu punya jawaban meski jawaban mereka tidak benar-benar menjawab pertanyaannya kadangkala,


Perempuan tua itu  seorang pekerja keras, dahulunya ia merupakan dukun bayi. Setiap hari Ke sana kemari, ke desa ini ke desa itu, di jemput seseorang diantar pulang orang lain. Banyak yang membutuhkan jasanya untuk membantu persalinan, atau membutuhkan pijatannya ketika ada kaki yang keseleo atau badan yang terasa sakit. Jam terbangnya berhasil membuat nama dia cukup populer di kecamatannya, 8 tahun bukan waktu yang singkat bukan ? itulah kenapa ia selalu merasa dirinya mandiri dan tidak terlalu membutuhkan lelaki tua itu.


Bersambung.....


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
  • Facebook
  • Twitter
  • LinkedIn

©2021 by Muhamad Iqbal. Proudly created with Wix.com

bottom of page