Cinta Sembunyi-Sembunyi adalah Sakit
- Muhamad Iqbal
- Dec 4, 2021
- 4 min read
Ada lelaki yang sedang terlentang diatas kasur, Sudah jam 11 pagi. Aku tak tau jam 11 apakah masih pagi atau sudah siang, yang jelas ia sedang menatap layar handphonenya. Ada banyak notifikasi pesan yang bermunculan, tak ada yang dibuka oleh Ia. Ia hanya menatap lurus, tak menyentuh,tak memainkannya, dan benar benar hanya menatapnya. Tatapan kosong.
Satu pesan muncul dari temannya yang menanyakan perihal progres proyek akhir semester. Kali ini mau tidak mau Ia harus membukanya, tapi hanya untuk dibuka, tidak dibalas, hanya meninggalkan jejak centang biru disana. Ia masih cukup malas untuk sekedar mengetikan jawaban pendek dengan jemarinya. Masa bodoh pikir lelaki itu. Ia kembali menatap layar handphone, terlihat ramai sekali pesan-pesan bersautan. Ia menatap redup mengantuk. Satu pesan kemabali masuk dari temannya yang tadi. Nampaknya ia cukup tersinggung pesannya tidak dihiraukan. Kali ini nada pesannya meninggi, temannya menulis dengan huruf kapital semua !!!! Lelaki itu membalas pendek " okree wkwkwkwkwk".
Sekedar info saja, kini ada semacam kewajiban untuk menyematkan "wkwkwkwkwk" pada akhir kalimat percakapan. Orang-orang percaya, konon sekumpulan huruf itu bisa meminimalisir kesalahpahaman. Sungguh lucu sekali ketika ada orang-orang yang percaya kepada kemunafikan. Percayalah !!!! tak ada orang yang segembira itu untuk membalas pesan mengenai tugas yang sungguh brengsek ini dengan tertawa, apalagi jika bukan untuk formalitas dan kewajibal moral sosial.
Lelaki itu masih terlentang dengan handphone di tangan, tak ada yang berubah kecuali posisi sprei yang semakin semrawut. Ia berusaha tidur tapi tidak dengan pikirannya. Sudah 7 malam ia tidak tidur karena harus mengerjakan tugas dari kampus, walaupun sebenarnya ada perihal yang lebih besar yang membuat ia tidak kunjung tidur.
Adzan berkumandang, ia lupa hari ini hari Jumat. Bergegas ia mandi lalu berangkat sholat jumat. Di masjid taka da yang namanya ke-khusyukan, yang ada kepalanya manggut-manggut selama khotbah berlangsung. Beruntung bacaan surat pak kyai saat itu pendek-pendek, ia pulang cepat kerumah kontrakan. Di rumah ia lemparkan sarung ke atas ranjang yang kini semakin semrawut dengan kehadiran sarung lusuh disana. Ia kembali memegang handphone, kembali menatapnya, kembali malas untuk membalas pesan-pesan.
"Sialan Aku masih mengantuk rupanya"
Keluarlah ia menuju ke pasar, barangkali ada cilok atau siomay goreng untuk mengganjal ngantuknya yang tak bisa ia tahan lebih lama lagi. Pilihan akhirnya jatuh pada soto sokaraja depan praktik dokter Pak Iwan.
"Bungkus bu satu, kuahnya dipisah, jangan pakai kubis"
Ibu penjual soto sokaraja cekatan mengambil panci, Ibu itu sekarang menjerang air, lalu mengulek bumbu di leyeh, merajang cabai dan bawang-bawangan. Kakinya tak berhenti melangkah, tangannya tak berhenti mencomot sana-sini, mulutnya juga tak berhenti bertanya pertanyaan basa-basi.
"Bajilakk, Aku sedang malas bicara, tapi mulutnya kok terus nyerocos seperti mobil patwal dijalan, menyesal tadi tidak membeli cilok priangan saja " Lelaki itu menggerutu sembari manthuk-manthuk mengiya-iyakan semua ocehan ibu penjual soto sokaraja itu. Akhirnya,
" Sudah mas ini sotonya"
" Oh, Berapa bu ?"
" 15 ribu mas "
"Nuwun sewu, ini bu uangnya, makasih ya bu"
" Sama-sama mas, makasih "
Satu bungkus soto hangat telah didapat, rasa ngantuk itu sepertinya sudah sedikit berkurang. Ia sedikit lega kali ini. Berharap sesampainya dirumah ia bisa langsung menyantap soto itu lalu badan kembali segar dan kembali menyelesaikan pekerjaan lainnya. Tapi nyatanya tak begitu ceritanya, sesampainya dirumah ia melatkan kantong kresek soto di atas meja makan, lalu merebahkan diri sebentar di atas kasur itu lagi. Istirahat sejenak pikirnya, rasanya lelah sekali mengendarai motor hanya untuk membeli soto.
Lelaki itu melihat Handphone nya tergeletak di bawah sarung, dan gobloknya ia malah tertarik untuk mengambilnya. Kembali dibukanya pesan-pesan yang sekarang jumlahnya telah ratusan. Masih malas rasanya untuk membalas, pesan-pesan yang akhirnya hanya dibaca saja dan mungkin akan muncul lebih banyak pesan yang menanyakan kenapa pesannya hanya dibaca saja. Ia tahu itu, tapi persetan, ia kembali bingung, Ia juga linglung. Ia menatap layar handphone itu lagi, Soto sokaraja itu masih di meja makan. Ia tak ingin makan.
Siang itu akhirnya Ia bisa tertidur setelah hamper 15 menit menatap kosong layar Handphonenya. Adzan berkumandang lagi.
" Ya allah, sudah maghrib ya ? aku belum sholat Ashar padahal !!!!"
Dilongoknya jam dinding dan didapati jam menunjukan pukul setengah delapan malam. Bukan hanya Ashar, tapi Maghrib juga bablas !!!! Akhirnya lelaki itu mengambil wudhu, lalu sholat Isya, selesai, dan duduk di depan laptop berharap satu deadline terselesaikan malam ini. Ia telah berjanji untuk tidak mengambil Handphone itu, betapapun banyaknya pesan yang masuk. Tapi setan elektronik itu kini tak berhenti bergetar, terus bergetar, lelaki itu sampai bingung apa iya pesan masuknya sebanyak tiu ? jangan-jangan ada kabar penting.
Ingkar sudah janji yang dibuatnya 10 menit lalu, Ia meranggeh Handphonenya, penasaran siapa sebetulnya ? Belum sempat membuka isi pesan, telepon tiba-tiba berdering. Muncul nama Kucluk di layar Handphone, Ia angkat telepon itu. Lalu,
" Dirumah ngga ? "
" Dirumah, ada apa ? Aku lagi mau mulai nugas su !!!! " Lelaki itu kesal sebenarnya, mungkin ia tidak bisa menggunakan " wkwkwkwkwk" untuk kondisi pembicaraan langsung seperti ini.
" Kesini !!!! cepetan !!!! ngga pake lama !!!!" Kucluk benar-benar memaksa
" Ngapain !!!! Ngga jelas lah !!!! sudah ya !!!! " Telpon akan dimatikan tapi,
" Ada anggur satu krat, Toni baru gajian !!!!!" Oh iya, aku lupa, Toni, pria tambun nun mujur yang sekarang bekerja sebagai Pegawai di salah satu kantor pemerintah
" Okree, OTW, tunggu !!!!!"
Ia langsung mematikan laptopnya, meraih jaket digantungan balik pintu, menancap gas motor supra x 125 nya. Jalanan cukup sepi, meski berbeda kecamatan tapi jaraknya tak terlalu jauh. Lelaki itu sampai, kali ini tak ada obrolan basa-basi seperti diwarung soto tadi. Anggur mulai diputar, satu botol, dua botol, lima botol habis oleh bertiga. Lelaki itu teler di atas perut Kucluk yang bertelanjang dada.
Tiba-tiba Ia melihat kejadian 3 minggu yang lalu dalam maboknya. Terlihat dengan jelas dan terdengar dengan nyaring ketika temannya memberi tahu Ia jika wanita yang Ia sukai ternyata telah punya kekasih. Penantian 3 semester yang sia-sia. Ia benci denga temannya yang memberi tahu, ia benci dengan wanita yang Ia taksir, dan benci sekali dengan pria yang menjadi kekasih wanita itu.
Tapi ada yang tidak bisa hilang setelah 3 minggu berlalu, pesan-pesan yang masuk dari wanita itu di handphone, membuatnya semakin benci pada penyesalannya yang dulu kenapa Ia terlalu pengecut untuk berani bilang mengenai perasaannya. Ia juga tidak bisa meminta wanita itu untuk berhenti mengirim pesan kepada nya karena pesan-pesan itu selalu membuat luka Ia kemabli robek. Ia hanya bisa mencintai di bayang gelap sebelum tidur, disanalah Ia bisa memiliki wanita itu....................
Comments